Peri
Peri adalah istilah yang sering digunakan pada cerita
rakyat, dongeng, fiksi untuk menggambarkan mahluk yang memiliki kekuatan gaib yang
kadang kala turut campur dalam urusan-urusan manusia. Di Indonesia istilah
peri sering digunakan dalam penerjemahan tokoh yang menggambarkan elf atau fairy (istilah dalam bahasa
Inggris) dalam cerita fiksi maupun dongeng-dongeng dari Eropa. Pada kisah fiksi
modern karakter Peri sering dipinjam dari versi aslinya dan digunakan dalam
kisah fiksi fantasi masa kini dengan berbagai variasi penggambaran tergantung
oleh penulis atau penciptanya.
Asal usul nama peri
Kata peri berasal dari bahasa Persia: پری Pari,
yaitu malaikat yang jatuh.
Dalam bahasa
Inggris awalnya nama fairy berasal dari kata elvish sejak sebelum tahun 1000 M yang berarti bangsa peri. Dalam
cerita-cerita rakyat mahluk gaib ini adalah ras yang sakti. Menurut akar kata Indo-Eropa kemungkinan namanya berasal dari albiz yang walaupun asal-usulnya tidak
diketahui, merupakan kata turunan dari albho yang berarti "putih".
Kata-kata inipun menjadi populer di antara orang kulit putih sehingga kini, di
zaman modern, masih bisa ditemui keberadaannya sebagai nama panggilan dan nama
keluarga seperti Ælfræd "Penasehat-peri" (Alfred), Ælfwine
"Teman-peri" (Alvin), Ælfric "Pemerintah peri" (Eldridge),
dan juga nama-nama wanita seperti Ælfflæd "kecantikan-peri" . Nama peri juga dikaitkan dengan rambut
yang saling terkait yang dipercaya membawa ketidak-beruntungan apabila kaitan
tersebut dilepaskan.
Wujud dan penampakan
Peri sering diceritakan memiliki
bentuk mirip dengan manusia, seringkali juga dipercaya merupakan perupaan roh
atau jin yang menjelma sebagai perempuan cantik yang senang mengganggu. Di
Eropa (Inggris) sekitar tahun 1592 oleh Shakespeare peri digambarkan sebagai
siluman (sprite) atau menjelma
sebagai wanita cantik bersayap (fairy),
di negara-negara Skandinavia dan
menurut cerita-cerita kuno dari Eropa Utara penamaan peri juga diberikan pada
mahluk-mahluk halus yang digambarkan sebagai mahluk metafisik, gaib atau
jelmaan dari alam.
Peri juga sering diidentifikasikan
sebagai mahluk-mahluk mitologis. Dalam
penggambarannya cerita-cerita rakyat yang menggunakan istilah "peri"
seringkali berbeda definisi tentang apa itu peri, di satu pihak nama ini
seringkali dihubungkan dengan mahluk gaib seperti siluman namun pada kali lain
peri digambarkan sebagai mahluk yang lebih nyata.
Wujud dan penampakan peri ini
bermacam-macam, kali waktu digambarkan bahwa mereka memiliki tinggi seperti
rata-rata manusia biasa dan kali lain digambarkan bahwa mereka ini berupa
mahluk-mahluk kecil. Di Eropa peri dalam wujud "besar" dipercaya
telah "dibicarakan" sejak sebelum tahun 1000 M, sedangkan wujud
"kecil"nya mengikuti kemudian dengan membentuk rupanya sendiri berupa
mahluk kecil baik yang bersayap maupun tidak, dan dipercaya muncul pada sekitar
tahun 1250 - 1300M sebagai istilah turunan (dari bahasa Swedia alf, elfva) yang kemudian diterjemahkan sebagai fairy (Inggris) yang berarti mahluk yang
menyerupai manusia kecil. Kadang peri digambarkan memiliki telinga panjang dan
lancip, dan memiliki rambut yang panjang. Peri juga seringkali digambarkan
dapat berubah wujud, atau mengambil wujud wanita cantik yang tiba-tiba bisa
menghilang.
Peri
baik dan peri jahat
Peri dapat digambarkan sebagai baik
(membantu manusia) atau jahat. Dalam kisah dongeng dan cerita cinta peri
digambarkan sering muncul sebagai mahluk penolong, mungkin cerita yang paling
terkenal dalam penggambaran peri adalah cerita Cinderella yang
pada saat kesulitan dibantu oleh ibu peri, ada juga cerita ikan mas dari Jawa Barat yang tengah membantu
anak baik hati yang sedang kesulitan, peri dapat mengambil perwujudan binatang
seperti lutung saat menampakan diri pada Putri Purbasari. Peri lain yang
digambarkan baik hati adalah peri rumah yang tinggal bersama manusia. Dalam
kisah "Tukang Sepatu dan Peri-Peri Kecil", kehidupan keluarga tukang
sepatu terangkat karena dibantu pengerjaan sepatunya oleh peri-peri kecil yang
keluar pada malam hari dan membuat sepatu. Pada kisah lain di Devon, seluruh
desa dapat bermalas-malasan karena pekerjaan penjahit, tukang roti, hingga
pembuat anggur dikerjakan oleh peri-peri kecil ini. Namun tidak semua peri
rumah digambarkan keluar pada malam hari, ada juga peri rumah yang keluar pada
siang hari. Dalam salah satu kisah anak-anak dunia Childcraft,
penulis Swedia menggambarkan peri rumah kecil yang keluar dari pintu kecilnya
dan dengan kekuatan gaibnya mengecilkan tubuh anak penghuni rumah, yang
kesepian karena ditinggal orang tuanya bekerja, untuk ikut bermain bersamanya.
Sementara peri jahat digambarkan
sebagai penyebab tersesatnya seseorang dalam perjalanannya. Peri juga
seringkali digambarkan sebagai nakal (jahil dan iseng), entah kenakalan yang
membawa kebaikan ataupun keburukan. Di Eropa anak kecil yang nakal dan sulit
dikendalikan seringkali digambarkan sebagai "persis seperti peri
kecil". Pada cerita dongeng Peter Pan peri
kecilnya Tinkerbell di gambarkan sebagai tokoh yang
baik kepada Peter Pan dan jahat kepada Wendy karena cemburu.
Tempat tinggal
Penggambaran asal-usul peri
seringkali dihubungkan dengan sejenis/ kelas mahluk gaib seperti siluman, yang
seringkali berasal dari daerah-daerah pegunungan]. Namun dalam perkembangannya peri
digambarkan sebagai mahluk kecil yang dapat tidur diatas bunga, tinggal di
hutan dan menjaga pohon-pohon sehingga disebut peri hutan, ataupun tinggal di dalam rumah bersama dengan
manusia seperti tokoh peri rumah yang
digambarkan dalam kisah Harry Potter.
Dalam legenda
Ciri umum dari peri adalah
kemampuannya dalam menggunakan sihir untuk mengubah wujud. Emas peri sangat tidak bisa diandalkan, karena
dia berwujud emas ketika digunakan sebagai pembayaran namun kemudian berubah
menjadi daun, semak, kue, dan berbagai benda tak berguna lainnya.[12]
Ada juga legenda mengenai pemakaman
peri. William Blake mengklaim pernah menyaksikannya. Allan Cunningham dalam
bukunya,Lives of Eminent British
Painters, mencatat klaim William Blake tersebut. Diceritakan bahwa Blake
suatu malam di kebunnya melihat makhluk-makhluk seukuran belalang dengan
warna hijau dan abu-abu, meletakkan sesosok tubuh di sebuah daun mawar dan
menguburnya dengan nyanyian.
Peri kadang-kadang dipercaya sebagai
makhluk yang usil pada manusia. Mereka membuat kusut rambut orang yang sedang
tidur, mencuri benda-benda kecil, dan menyesatkan peneglana. Tuberkulosis juga kadang-kadang disebut
disebabkan oleh peri, yang memaksa pria dan wanita muda untuk menari setiap
malam. Hewan (sapi, babi, bebek, dll) yang ditunggangi oleh peri bisa mengalami
kelumpuhan atau menderita penyakit misterius.
Penculikan
Dalam banyak legenda, peri
diceritakan sering menculik bayi (dan meletakkan changeling sebagai
gantinya), pria muda dan wanita muda. Penculikan ini bisa terjadi sementara
waktu atau bisa juga selamanya. Dalam Balada dari abad ke-19, "Lady Isabel and the Elf-Knight",
diceritakan bahwa Isabel dibawa pergi oleh ksatria peri. Untuk menyelamatkan
dirinya, Isabel membunuh sang ksatria peri. Sementara balada "Tam
Lin" menceritakan tentang Tam Lin yang hidup di antara para
peri padahal dia adalah seorang "ksatria bumi".[14] Dalam
puisi Sir Orfeo, diceritakan bahwa istri Sir Orfeo
diculik oleh raja peri. Sementara puisi Thomas the Rhymer bercerita
tentang Thomas yang harus menghabiskan tujuh tahun di dunia peri sebelum
berhasil kembali ke dunia manusia. Sedangkan
dalam cerita Oisín,
tokoh utamanya diculik dan berada di dunia peri, ketika dia berniat kembali,
ternyata di dunia manusia waktu telah berjalan selama tiga abad.
Cukup banyak kisah mengenai peri dan changeling, yaitu sesosok makhluk yang dtinggalkan oleh peri
sebagai pengganti atas anak manusia yang merek culik. Orang dewasa juga bisa diculik oleh
peri; seorang perempuan yang baru saja melahirkan biasanya rawan diculik peri.[18] Dalam
beberapa cerita, seseorang bisa diculik peri jika memakan makanan peri, seperti Persefone dan Hades. Sementara keadaan orang diculik peri berbeda-beda
menurut beberapa kisah, beberapa menceritakan bahwa tawanan peri hidup bahagia
sementara beberapa yang lainnya selalu merindukan kerabat lama mereka.
Klasifikasi
Dalam cerita rakyat Skotlandia, peri dibagi
menjadi Seelie Court, yaitu peri yang menguntungkan namun
bisa berbahaya, dan Unseelie Court, peri yang jahat. Peri dari
golongan Unseelie court sering mencari hiburan dengan cara melakukan sesuatu
yang membahayakan bagi manusia.
Pasukan
peri merujuk
pada para peri yang muncul dalam kelompok dan mungkin mendirikan pemukiman.
Dengan definisi ini, peribiasanya dipahami dengan makna yang
lebih luas, karena istilah ini juga bisa meliputi berbagai makhluk mistis yang
terutama berasal dari Keltik; namun istilah ini bisa juga
digunakan untuk menyebut makhluk yang serupa, msialnya Kurcaci atau Elf dari cerita rakyat Jerman. Lawannya adalah peri soliter, yakni peri
tidak berhubungan dengan peri lainnya.
Perlindungan
Ada beberapa benda yang dipercaya
dapat menghindarkan dari gangguan peri. Yang paling terkenal adalah besi dingin sementara
cara yang lainnya dianggap mengganggu bagi peri: memakai pakaian terbalik,
mengalirkan air, bel (terutama bel gereja), tanaman St. John's wort, dan semanggi berdaun
empat. Ada juga cerita yang saling bertentangan, seperti msialnya pohon Rowan
yang dalam beberapa cerita adalah sakral untuk peri sementara dalam cerita
lainnya merupakan benda perlindungan melawan peri. Dalam cerita rakyatNewfoundland, benda pelindung yang paling
populer adalah roti. Roti diasosiasikan dengan rumah dan perapian, juga dengan
industri dan pengendalian alam, sehingga kemudian dipercaya bahwa roti tidak
disukai oleh peri.
“
|
....dan
oleh karena itu merupakan sebuah simbol kehidupan, roti adalah salah satu
pelindung paling umum dalam menghadapi peri. Sebelum pergi menuju tempat yang
dihuni peri, adalah biasa untuk menyiapkan roti kering dalam kantung.
|
”
|
Dalam sastra
Peri muncul dalam Roman abad pertengahan sebagai
makhluk yang mungkin ditemui olehksatria pengelana. Peri wanita muncul di hadapan Sir Launfal dan
meminta cintanya. Istri Sir Orfeo dibawa
oleh Raja peri. Huon dari Bordeaux ditolong
oleh Oberon raja
peri. Seiring
berjalannya abad pertengahan, tokoh-tokoh peri ini
berubah menjadi penyihir dan dukun. Morgan le Fay, yang dari namanya memiliki kaitan dengan dunia
peri, dalam Le Morte d'Arthur adalah
seorang wanita yang memiliki kekuatan gaib. Meskipun
perannya menurun, tokoh peri tidak pernah hilang, di antaranya ada cerita peri Sir Gawain and the Green Knight. Edmund Spenser menampilkan
peri dalam The Faerie Queene. Dalam
banyak cerita fiksi, peri sering dicampuradukkan dengan nimfa;[28] Sementara
dalam karya lainnya, (contohnya Lamia), peri dianggap menggantikan peran makhluk dari masa
klasik. Penyair dan biarawan abad ke-15 John Lydgate menulis
bahwa Raja Arthur dimahkotai
di "tanah peri", dan mayatnya diambil oleh empat ratu peri ke Avalon, tempat mayatnya berbaring d bawah "bukit
peri", sampai dia dibutuhkan lagi.[29]
Peri tampil sebagai tokoh penting
dalam A
Midsummer's Night Dream karya William
Shakespeare, yang berlatar di daerah berhutan dan Fairyland, di bawah cahaya bulan,[30] dan
gangguan alam yang disebabkan oleh perselisihan para peri menciptakan
ketegangan yang mendasari plot dan menunjukkan tindakan karakter.
Sastrawan yang sezaman dengan
Shakespeare, Michael Drayton, menampilkan peri dalam ceritanya, Nimphidia.
Peri juga muncul dalam The Rape of the Lock karanganAlexander Pope. Madame d'Aulnoy menciptakan
istilah contes de fée ("kisah
peri", diIndonesia dikenal
sebagai dongeng).[31] Pada
pertengahan 1600-an, muncul gaya sastra yang disebut précieuses, sementara kisah-kisah yang
diceritakan denganprécieuses meliputi banyak peri, peri kurang
umum di negara lain; Grimm bersaudaramemasukkan peri dalam
edisi pertama cerita mereka, namun mereka berpendapat bahwa peri bukan asli
dari Jerman sehingga
mereka mengubahnya pada edisi kedua dengan mengganti tiap kata "Fee"
(peri) dengan ahli sihir atau wanita bijak.[32] J. R. R. Tolkien menjelaskan bahwa kisah-kisah ini
seperti ini berlatar di negeri peri.[33]
Peri dalam sastra memperoleh nyawa
baru dengan munculnya Romantisisme. Penulis seperti Sir Walter Scott dan James Hoggterinspirasi oleh cerita rakyat
yang menampilkan peri, misalnya Balada Border. Pada masa ini, cerita peri mengalami
peningkatan.[34]Periode ini juga ditandai dengan
bangkitnya kembali tema-tema fantasi lama, seperti buku-buku Narnia karangan C.S. Lewis, yang menampilkan berbagai
makhluk kuno seperti faun dan driad, dan mencampurkan mereka dengan wanita tua, raksasa, dan berbagai makhluk dari cerita
rakyat.[35] Peri bunga dari
masa Victoria dipopulerkan sebagian oleh Queen Mary, serta oleh penyair dan ilustrator Britania Cicely Mary Barker yang
menulis delapan buku yang diterbitkan pada 1923 sampai 1948. Semakin lama, peri
digambarkan semakin cantik dan ukurannya semakin kecil.[36] Andrew Lang, mengeluhkan tentang "para peri kebun dan
bunga apel" dalam kata pengantar The Lilac Fairy Book, dia berpendapat bahwa
"Peri-peri ini mencoba melucu dan gagal, atau mereka mencoba menggurui dan
berhasil."[37]
Peri muncul dalam cerita Peter and Wendy karangan J. M. Barrie yang diterbitkan pada 1911. Dalam
novel tersebut, tokoh peri yang bernama Tinker Bell cukup
populer dan menjadi ikon bahkan sampai sekarang.[38]
Dalam seni
Penggambaran peri banyak muncul
sebagai ilustrasi, misalnya dalam buku dongeneg dan seni patung. Beberapa seniman terkenal
akan penggambqran mereka tentang peri, termasuk di antaranya adalah Cicely Mary Barker, Arthur Rackham, Brian Froud, Alan
Lee,Amy Brown, David Delamare, Meredith Dillman, Jasmine Becket-Griffith, Warwick Goble, Kylie InGold, Ida Rentoul Outhwaite, Myrea Pettit, Florence Harrison, Suza Scalora,[39] Nene Thomas, Gustave Doré, Rebecca Guay dan Greta James.
Era Victoria khususnya
memiliki kekhasan dalam lukisan perinya. Pelukis Richard Dadd dari
masa Victoria membuat lukisan peri dengan kesan sinis. Seniman lainnya yang
menggambarkan peri adalah John Atkinson Grimshaw, Joseph Noel Paton, John Anster Fitzgerald dan Daniel Maclise.[40] Sedangkan
pada masa Renaisans, daya tarik pada peri terutama
dipicu oleh penerbitan foto-foto Peri Cottingley pada
tahun 1917 dan sejumlah seniman juga melukis peri.
Peri
mitologi jerman
Dalam mitologi Jerman, Peri atau Elf merupakan ras Dewa kesuburan, tinggal di tempat-tempat yang alami dan asri
seperti: gunung, hutan, telaga, mata air, dan air terjun. Mereka dilukiskan
sebagai manusia yang selalu tampak muda dan cerah.
Penamaan peri di eropa
Peri termasuk salah satu makhluk
legendaris yang sering muncul dalam cerita rakyat dari berbagai negara Eropa. Mereka memiliki sebutan khusus sesuai dengan negaranya,
yakni:
§ Jerman: Elfen, Elben, Alben (yang terakhir - Alben - dipakai
oleh Richard Wagner)
§ Inggris: addler (istilah kuno)
§ Belanda: elfen, elven, alven
§ Denmark: alfer, elvere, elverfolk,
ellefolk atau huldrer.
§ Islandia: álfar, álfafólk dan huldufólk
(makhluk tersembunyi)
§ Norwegia: alver, alfer atau elvefolk
§ Swedia: alfer, alver atau älvor (Älvor diterjemahkan sebagai fairy (Inggris) atau peri (Indonesia)
Pandangan mengenai Peri pertama kali
muncul dalam mitologi Nordik. Dalam bahasa Norwegia
kuno, mereka disebut “álfar”. Karakter Peri dalam negara-negara Skandinavia sudah
biasa muncul dalam dongeng-dongeng dan cerita rakyat Eropa lainnya. Peri dalam
negara-negara rumpun Jerman disamakan
dengan Nymph dalam mitologi Yunani dan Rusalki dalam
mitologi negara rumpun Slavia.
Peri dalam cerita fiksi modern
Kisah fantasi modern meminjam karakter Peri sebagai makhluk
setengah Dewa dan lebih hebat daripada manusia. Penggambaran peri dalam Novel The Broken Sword yang terbit tahun 1954 merupakan novel pelopor yang menggambarkan tentang bangsa
peri dalam cerita fiksi modern, walaupun penulis J.R.R.
Tolkien dalam kisah fiksi fantasinya The Lord of The Rings lebih dahulu menggambarkan bangsa elf.
ELF
(DUNIA TENGAH)

Elf diceritakan sebagai
ras yang lebih dahulu ada daripada manusia dan lebih unggul dibanding dengan
manusia. Elf, bersama-sama dengan manusia dan Dwarf, merupakan penghuni
dunia fiksi Dunia Tengah yang baik; selain ketiga ras utama
tersebut, banyak pula ras-ras "jatuh" yang merupakan pengkorupsian
dari ketiga ras ini. Proses kejadian para Elf diceritakan pada buku Silmarillion (yang disunting dan diterbitkan pasca
kematian Tolkien) yang merupakanprekuel dari
seri The Lord of the Rings, namun mereka tampil
pula dan memiliki peranan penting dalam trilogi LOTR dan hanya memiliki peran
kecil dalam The Hobbit.
Detil lebih jauh mengenai mereka diberikan dalam tulisan-tulisan Tolkien
lainnya yang dikumpulkan menjadi Unfinished Tales (Kisah yang Belum Selesai) dan The Histroy of Middle-earth (Sejarah Dunia Tengah). Buku-buku ini
merupakan karya utama Tolkien yang ia kerjakan hingga akhir hayatnya.
Dari
legendarium Tolkien mengenai ras Elf yang sangat detail inilah saat ini banyak
bermunculan sub-ras dan kisah-kisah yang dipopulerkan melalui buku-buku serta
media-media lainnya, contohnya adalah buku dan permainan papan serta permainan
video Dungeons & Dragons, World of
Warcraft, dan sebagainya. Dapat dikatakan semenjak adanya tulisan
Tolkien mengenai Elf ini, figur Elf yang dulunya menyerupai peri atau makhluk halus sekarang kalah
terkenal dibanding dengan figur yang menyerupai manusia dengan tubuh langsing
dan telinga runcing.
Sejarah
Asal muasal
Menurut Silmarillion, Elf merupakan
"anak pertama" Arda (dunia),
yang telah ada selama jangka waktu yang sangat lama sebelum manusia ("anak
kedua") diciptakan. Elf yang pertama "dibangunkan" oleh Eru Iluvatar dekat
pantai Cuivienen pada Zaman Dua
Pohon diZaman Pertama. Mereka bangun di bawah sinar bintang, karena matahari dan bulan belum
diciptakan, oleh karena itu Elf erat hubungannya dengan bintang dan sinar
bintang.
Mereka tinggal di tepi aliran
sungai, menciptakan puisi, musik,
dan lagu. Mereka juga menciptakan kata-kata
baru, memberi nama benda-benda, dan senang memandangi bintang. Mereka bertubuh
tinggi, berambut hitam, dan hidup dengan damai karena kejahatan belum masuk ke
Arda, dunia mereka.
Perpecahan
Para
elf terpecah menjadi dua kelompok utama (dan banyak lagi perpecahan kecil
lainnya) yang tidak pernah seutuhnya bersatu lagi. Nama Quendi merujuk pada
keseluruhan Elf
Para Valar (malaikat)
yang memerintah dunia dari Valinor,
memutuskan untuk mengundang para Elf (yang dalam bahasa mereka disebut dengan
nama Quendi) untuk tinggal bersama mereka karena Melkor,
sang Tuan Kegelapan, seorang Valar yang memberontak, ingin menghancurkan segala
yang baik di Arda (dunia). Para Valar mengirimkan Orome untuk
menjemput para Elf. Dari semua Elf yang ada, tidak semuanya memenuhi panggilan
itu, karena mereka belum mengenal siapa para Valar tersebut. Ingwe, Finwe,
dan Elweadalah
tiga orang Elf yang bersedia pergi dengan Orome ke Valinor untuk menjadi duta.
Sekembalinya mereka dari sana, merekapun mengajak seluruh kaumnya untuk pergi,
karena memang Valinor lebih indah daripada Dunia Tengah. Ketiga Elf itu
berhasil meyakinkan mayoritas Elf untuk pergi bersama-sama dengan mereka. Namun
sebagian kecil menolak, dan mereka ini disebut dengan bangsaAvari (Mereka
yang Tidak Mau Ikut) atau Avamanyar (Mereka
yang Menolak Pergi ke Aman).
Itulah perpecahan yang pertama. Pada akhirnya nanti setelah ratusan tahun
berpisah, mereka memiliki bahasa, budaya, perawakan, dan sifat yang
berbeda-beda. (Setelah perpecahan besar ini bangsa Avari terpecah-pecah lagi,
namun detailnya tidak diketahui oleh manusia. Beberapa suku bermigrasi ke Barat
dan bergabung dengan para Nandor, sedikit sampai hingga bertemu para Sindar).
Rombongan Elf yang berangkat ini
disebut dengan bangsa Eldar (Kaum
Bintang), oleh Orome. Mereka menjadikan Ingwe, Finwe, dan Elwe sebagai pemimpin
mereka. Dalam perjalanan ke Barat, mereka melewati Pegunungan
Berkabut, dan sebagian Elf, karena takut, memilih untuk tidak
meneruskan perjalanan dan menetap di tanah yang mereka sedang lalui. Mereka
adalah bagian dari kaum Elwe yang dipimpin oleh Lenwe dan
kelompok mereka dinamai Nandor (Mereka
yang Kembali). Bangsa Nandor dan Avari disebut dengan nama Moriquendi (Elf
Kegelapan). Itulah perpecahan yang kedua.
Kemudian rombongan utama Elf
meneruskan perjalanannya melalui Pegunungan Berkabut dan Pegunungan Biru (Ered Lindon atauEred Luin)
menuju Beleriand.
Di sana Elwe tersesat dan tidak dapat ditemukan oleh kaumnya, oleh karena itu
Ingwe dan Finwe dengan terpaksa meninggalkan Elwe dan kaumnya dan meneruskan
perjalanan mereka. Bersama-sama dengan kaum Nandor yang dipimpin oleh Lenwe,
kaum Elwe ini disebut sebagai bangsa Teleri. Itulah perpecahan yang ketiga.
Setelah sampai di tepi barat Dunia
Tengah yang dipisahkan dengan samudra luas dengan Valinor, Ingwe, Finwe, dan
kaum mereka diangkut oleh pulau yang bergerak yang digerakkan oleh Ulmo,
salah satu Valar yang menguasai lautan, menuju Valinor di ujung samudera
satunya.
Setelah beberapa waktu, Ulmo kembali
ke Beleriand untuk mencari kaum Teleri (Mereka
yang Datang Terakhir), yaitu kaum Elwe, yang tersisa untuk diajak ke Valinor.
Karena Elwe belum ditemukan, maka mayoritas kaum Teleri menunjuk Olwe,
saudara Elwe, sebagai pemimpin mereka yang baru, dan bersama-sama mereka
memenuhi ajakan Ulmo untuk mengikuti jejak saudara-saudara mereka yang telah
sampai ke Valinor. Mereka kemudian disebut sebagai bangsa Falmari.
Namun sebagian kecil kaum Teleri
tersebut, terutama orang-orang dekat Elwe, memilih untuk tinggal dan meneruskan
pencarian mereka. Mereka disebut sebagai bangsa Sindar (Elf
Abu-abu). Bangsa Sindar dan Nandor disebut dengan nama Umanyar (Mereka
yang Tidak Sampai ke Aman (Dunia
Tengah)).
Dari para Sindar yang tinggal di
Dunia Tengah, sebagian memilih untuk tinggal di tepi pantai dan menjadi pembuat
kapal. Mereka dipimpin oleh Cirdan sang
pembuat kapal. Mereka tinggal di Falas dan
disebut sebagai kaum Falathrim (Kaum
di tepi Pantai). Kelompok yang tinggal di hutan Doriath disebut
dengan Iathrim (Kaum
di antara Sabuk) dan sisanya yang menempati daerah barat laut Beleriand di
dekat sebuah danau disebut dengan Mithrim (Kaum
Abu-abu).
Di kemudian hari, sebagian kaum
Noldor mengembara ke Barat dan bertemu dengan kaum Sindar. Mereka kemudian
disebut denganLaiquendi (Elf
Hijau).
Di Valinor, ketiga keluarga utama
berkumpul (Elwe diwakili oleh Olwe, saudaranya) dan mereka disebut dengan Calaquendi (Elf
Cahaya) atau Amanya (Mereka
yang Sampai ke Aman).
Olwe dan kaumnya memilih untuk tinggal di tepi pantai agar dapat memandangi
Dunia Tengah dari jauh. Kaum mereka disebut dengan Falmari (Kaum
Penunggang Ombak). Ingwe dan kaumnya tinggal di kediaman para Valor dan menjadi
kaum Elf yang paling mulia dan terhormat, layaknya para bangsawan yang
terhormat. Mereka tidak pernah menginjakkan kaki ke Dunia Tengah lagi dan
mereka disebut dengan nama Vanyar (Elf
Rupawan). Finwe dan kaumnya tinggal di antara kedua keluarga yang lain, tidak
di dekat pantai dan tidak di dekat kediaman para Valar. Mereka disebut dengan
nama Noldor(Elf Dalam) dan dari keturunan kaum merekalah cerita Silmarillion dikisahkan.
Nantinya setelah peristiwa
pengasingan para Noldor, Finarfin,
putra Finwe, berangkat ke Dunia Tengah bersama kedua saudaranya,Fingolfin dan Feanor,
namun memutuskan kembali dan menjadi Raja Noldor di Valinor. Feanor yang
diasingkan ke Dunia Tengah dan diikuti oleh Fingolfin saudaranya
akhirnya menetap di Dunia Tengah. Mereka disebut sebagai Kaum yang Diasingkan
dan Fingolfin menjadi Raja Noldor di Dunia Tengah.
Selain dari pada
perpecahan-perpecahan besar tersebut, masing-masing keturunan para Elf yang
mula-mula membuat Dinasti-dinasti mereka sendiri. Berdasarkan letak geografis
dan situasinya, mereka mengembangkan bahasa yang berlainan, namun bahasa Elf
yang utama yang digunakan di Dunia Tengah (dan di buku-buku Tolkien) adalah
bahasa kaum Elwe (bahasa
Sindarin), dan kaum Noldor yang kembali ke Dunia Tengah dari Valinor
akhirnya harus mempelajari bahasa tersebut.
Siklus
kehidupan
Para Quendi atau Elf pada dasarnya
adalah makhluk dengan roh yang abadi, yang tidak lekang dimakan usia; namun
bukan berarti tubuh mereka tidak bisa mati. Walaupun roh mereka abadi, namun
tubuh mereka mengalami proses penuaan, namun dengan sangat lambat, setara
dengan ribuan tahun umur manusia. Tubuh mereka juga dapat mati/hancur karena
penyakit, peperangan, dibunuh, dan sebab-sebab tak alami lainnya.
Jika seorang Elf meninggal, maka
rohnya akan dikumpulkan bersama kaumnya di Rumah Mandos,
sang Valor Kematian, di Valinor; berbeda dengan ras manusia di Dunia Tengah
yang tidak diketahui nasibnya setelah meninggal. Setelah beberapa waktu, jasad
mereka akan dikembalikan dan mereka dapat tinggal di Valinor, namun mereka
tidak akan pernah dapat pergi ke Dunia Tengah lagi.
Finwe,
Raja Para Noldor, adalah Elf pertama yang mati. Ia dibunuh oleh Melkor.
Sejak saat itu tak terbilang banyaknya Elf yang mati di Dunia Tengah karena
peperangan yang tidak berkesudahan antara kekuatan baik (Elf, manusia, Dwarf)
dan kekuatan jahat (Melkor/Morgoth, Sauron, Orc, dll)
Elf yang hidup di Dunia Tengah juga
berumur sedikit lebih pendek dari mereka yang tinggal di Valinor karena
diceritakan bahwa Dunia Tengah telah dicemari oleh Melkor, sang Tuan Kegelapan.
Separo-Elf yang merupakan keturunan dari Elf dan manusia juga berumur lebih
pendek dari ras Elf murni, namun lebih panjang dari ras manusia.
Nama
dan konvensi penamaan
Tolkien berulang kali menyatakan
ketidaknyamanannya dengan penggunaan kata elf dan
"asosiasinya yang saya sebenarnya tidak inginkan [...] contohnya dalam
karya Drayton atau
dalam A Midsummer Night's
Dream [raja para peri: Titania dan Oberon]". Dalam
karya-karyanya, Tolkien seolah-olah hanya berperan sebagai penerjemah bahasa
yang umum digunakan di Dunia Tengah (bahasa
Westron) ke dalam bahasa Inggris, dan
"elf" merupakan padanan kata terdekat untuk menyebut ras yang pertama
tersebut, dengan menyebutkan bahwa "[elf merupakan] bentuk tertua dari
nama yang digunakan, dan terserah kepada para pembaca buku saya untuk
menentukan asosiasinya."[1] Ia ingin menghindari asosiasi dalam literatur era
Victoria tentang "peri" atau makhluk halus yang nakal
yang sering dipandankan dengan kata tersebut (elf), dan berusaha untuk
menunjukkan makhluk yang lebih berkembang yang "memiliki kekuatan magis
yang mengesankan dalam mitologi
Teutonik mula-mula" (Oxford English
Dictionary viz. bahasa Inggris Kuno ælf, dariProto-Jermanik *albo-z).
Para Elf juga disebut sebagai
"Yang Lahir Pertama"/"Anak Pertama" (Q: Minnonar, atau "Saudara yang Lebih Tua" (bandingkan denganmanusia dalam Dunia Tengah yang disebut
sebagai "Yang Lahir Kedua"/"Anak Kedua") karena mereka
"dibangunkan" oleh Eru Iluvatarsebelum
para manusia. Para Elf menamai diri mereka Quendi ("Yang
Berbicara") karena mereka melihat bahwa mereka adalah satu-satunya makhluk
yang mampu berbicara. Para Dunedain (Dwarf)
menamai mereka Nimir ("Yang Menawan"). Dalam bahasa
Sindarinatau bahasa kaum Sindar (Elf
Dunia Tengah), mereka menamai diri mereka Eledhrim.[2]
Para Elf mengenal tiga macam nama diri: ataresse, amilesse, dan yang lebih jarang adalah epesse (esse artinya "nama" dalam bahasa Quenya).
§
Ataresse adalah nama tunggal yang
diberikan oleh ayah mereka pada waktu kelahiran mereka. Biasanya nama ini
melambangkan nama ayah dan ibu mereka, menandakan garis keturunan mereka, dan
asal kaum mereka.
§
Amilesse adalah nama kedua yang
mereka terima dari ibu mereka setelah mereka dewasa. Nama ini mencerminkan
kepribadian mereka, keahlian mereka, atau nasib mereka - yang kadang-kadang
bersifat nubuatan. Nama kedua ini sangat penting bagi
seorang Elf.
§
Epesse atau nama julukan adalah
jenis yang ketiga. Nama ini diberikan jika seorang Elf melakukan suatu hal yang
tidak biasa. Nama ini dapat diberikan oleh siapa saja, seringkali merupakan
ungkapan kekaguman atau penghormatan. Dalam kasus-kasus tertentu, seorang Elf
dapat memilih nama untuk dirinya sendiri yang disebut dengan kilmesse atau "nama sendiri".
Nama mereka yang sebenarnya tetap
adalah dua nama yang pertama, meskipun seorang Elf dapat dipanggil dengan
menggunakan salah satu dari keduanya. Nama amilesse seorang
Elf biasanya tidak digunakan oleh mereka yang tidak begitu mengenalnya.
Setelah pengasingan bangsa Noldor ke
Dunia Tengah dan pengadopsian bahasa
Sindarin atas bahasa Quenya yang
mereka pergunakan di Valinor, kebanyakan Elf Noldor mengadopsi nama terjemahan
dalam bahasa Sindarin yang sepadan dengan salah satu nama mereka dalam bahasa
Quenya.
Beberapa contoh:
§
Galadriel adalah terjemahan untuk Alatariel,
epesse yang diberikan oleh Celeborn. Ataressenya
adalah Artanis dan Amilessenya adalah Nerwen.
§
Maedhros, putra pertama Fëanor,
disebut Russandol oleh
saudara-saudaranya karena rambutnya yang bewarna perunggu. Ataressenya adalah Nelyafinwe (Finwe ketiga - ayahnya, Feanor,
memiliki ataresse Curufinwe) dan Amilessenya adalah Maitimo. Maedhros adalah penerjemahan
ke dalam bahasa Sindarin sebagian dari amilesse dan epessenya
§
Finrod biasanya
disebut dengan Felagund, epesse yang diberikan oleh para Dwarf (aslinya Felakgundu).
Finrod mengambil nama tersebut menjadi namanya, dan menjadikannya gelar
kehormatan.
§
Círdan (Pembuat
Kapal) adalah epesse Elf Teleri ini.
Nama aslinya (ataressenya) yang jarang disebutkan ialah Nowe.